Tema : “Tidak Menyia-nyiakan Hidup”
(Efesus 5:1-14)
Oleh: Pdt. Anni P. Saleh
PENDAHULUAN
Mengapa orang percaya tidak boleh menyai-nyiakan hidup? Pembacaan Alkitab tersebut di atas, menolong kita untuk memahami alasannya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan konteks surat Efesus, alasan yang paling mendasar mengapa kita tidak boleh menyia-nyiakan hidup adalah karena kita telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah (Efesus 2 : 8-9); suatu pemberian yang tidak pantas disepelekan. Oleh kasih karunia itu kita telah dibebaskan dari hukuman kekal yang mengerikan di neraka. Oleh kasih karunia itu kita telah dibebaskan dari perbudakan dosa, sehingga kita bisa mengalahkannya dan oleh kasih karunia itu kita telah diubahkan menjadi manusia baru, sebuah kehidupan dengan potensi Ilahi yang memampukan kita untuk hidup memuliakan Allah.
Secara spesifik, Efesus 5 : 8-14 menuliskan bahwa hidup yang telah diselamatkan itu sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan, karena :
1. Kita dipanggil untuk menjadi terang di dalam Tuhan (ayat 8-9)
Ini adalah sesuatu yang luar biasa. Masa lalu kita adalah kegelapan. Istilah kegelapan yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan yang tidak tahu apa itu kehendak Allah. Tetapi hidup ini berubah secara radikal ketika kita diselamatkan. Kita diberi tujuan hidup yang baru, yaitu menjadi terang di dalam Tuhan.
Di dalam buku Nyanyian Kidung Baru ada sebuah lagu yang berjudul “Nyatakan Kristus dalammu”. Syair lagunya ditulis oleh BB MacKinney dengan latar kesadaran mengenai tanggung jawab hidup orang percaya untuk menjadi terang. Syairnya menuliskan, di dunia yang penuh cemar ini , kita bertanggung jawab untuk menyatakan Kristus. Seharusnya hidup kita juga menjadi seperti kitab yang terbuka, di mana semua orang bisa membacanya. Hidup yang terbuka adalah hidup di mana orang bisa melihat kelebihan dan kekurangan kita. Jika kekurangan itu karena dosa, perubahan hidup yang kita nyatakan akan membuat orang melihat terang Tuhan melalui hidup kita.
Masalah adalah, terkadang orang percaya memandang hidup yang telah diselamatkan sebagai hidup yang harus dipertanggungjawabkan oleh Allah saja.
Ayat-ayat ini mengingatkan kitapun harus bertanggung jawab kepada Allah atas hidup yang telah diselamatkan dengan menjadi terang di dalam Tuhan.
Ayat 9 dengan jelas membahasakan bagaimana menjadi terang di dalam Tuhan :
hidup itu harus berbuahkan terang. Maksudnya, melalui perilaku kita orang melihat Tuhan yang hidup di dalam kita. Perilaku kita membawa manfaat ke arah itu. Daud mencontohkan hal itu. Raja Saul mengejarnya untuk membunuhnya.
Ketika Daud berkesempatan membunuh Saul, ia tidak melakukannya. Spiritualitas Daud yang terlihat di dalam Mazmur-Mazmur yang ditulisnya, muncul di sini. Ia tidak mau membunuh Saul, karena rajanya itu adalah orang yang diurapi Tuhan. Hasil dari sikap Daud terhadap Saul adalah pengakuan Saul, bahwa Daud tidak membalas kejahatannya dengan kejahatan. Hidup yang berbuahkan terang adalah hidup yang tidak asal dijalani, tetapi dengan sengaja direncanakan agar hidup itu memancarkan terang Tuhan. Bagaimana merencanakannya? Nasehat klasik yang diberikan berdasarkan Alkitab adalah dengan membangun hubungan pribadi dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan Alkitab. Juga membangun hidup dalam persekutuan dengan orang percaya.
2. Kita dipanggil untuk hidup berkenan kepada Tuhan (ayat 10)
Ayat 10 dengan gamblang menyatakan, bahwa hidup yang berkenan atau yang menyenangkan Tuhan adalah hidup yang selalu diuji. Apa saja yang diputuskan seorang percaya dengan detail perlu pertimbangkan apakah itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak.
Ada sebuah kesaksian yang menginspirasi tentang bagaimana menjalani hidup yang berkenan kepada Tuhan. Seseorang mengakui bahwa ia punya uang banyak dan dengan uang itu ia bisa membeli handphone berharga mahal. Jika ia membelinya, ia akan tampak keren seperti orang lain yang memakai gadget itu.
Tetapi ia berdoa, apakah perlu membeli handphone mahal ketika ada yang lebih murah tetapi mempunyai fungsi dan kualitas yang tidak terlalu berbeda? Doanya membawanya pada keputusan untuk membeli alat komunikasi itu bukan supaya keren, tetapi supaya dengan hidupnya, uangnya dan pilihannya, ia dapat memuliakan Allah.
3. Kita dipanggil untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (ayat 11-13)
Ini panggilan yang tidak sederhana. Bahwa hidup yang telah diselamatkan tidak boleh dijalani hanya dengan pemikiran : “Pokoknya saya sudah menyenangkan hati Tuhan, itu sudah cukup”. Soal orang lain mau jadi apa, itu bukan urusan saya.
Tetapi kita dipanggil untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan. Pada masa kini menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan bukanlah perkara yang mudah, karena perbuatan-perbuatan itu tidak hanya dilakukan oleh orang-orang secara personal, tetapi juga secara kolektif. Membongkarnya tentu tidak mudah, karena menyangkut suatu jaringan. Selain itu ada yang menganggap dosa sebagai budaya yang tidak apa-apa untuk dilakukan. Berapa banyak mereka yang sedang menempuh pendidikan menganggap nyontek itu bukan lagi dosa? Ketika seorang percaya berani melakukan yang berbeda, ia secara tidak langsung menelanjangi perbuatan kegelapan itu.
4. Kita dipanggil untuk melakukannya (ayat 14)
Ayat ini merupakan kutipan dari Yesaya 60 : 1. Bangsa Israel tertidur secara rohani. Mereka adalah umat Allah tetapi tidak melakukan perannya sebagai umat Allah. Ketika rasul Paulus mengutip ayat tersebut, ia ingin mendorong kita untuk menyadari bahwa hidup tidak boleh disia-siakan. Kita harus bangun dari ketertiduran dan kemalasan secara rohani. Hidup tidak boleh dijalani dengan asalasalan, tetapi dengan sengaja direncanakan untuk memuliakan Allah.
PENUTUP
Mari kita bertanya pada diri sendiri : Apakah sebagai seorang percaya saya termasuk orang yang siuman akan tanggung jawab untuk tidak menyia-nyiakan hidup? Apakah saya perlu bangun dan mengambil tanggung jawab sebagaimana Tuhan menghendakinya?
Tuhan kiranya menolong kita memasuki tahun yang baru ini dengan memakai hidup sebagaimana Allah merencanakan ketika Ia menyelamatkan kita. Amin.
=APS=