Tema : “Pengabulan Doa”
Matius 7: 7-11
Pra Paskah 5
Oleh: Pdt. Simon Stevie
Doa dipahami sebagai sebuah dialog, bukan monolog. Dialog dua pribadi yang akrab dan intim baik secara verbal maupun mental. Dua pribadi yang diikat oleh sebuah persahabatan yang mengakar pada cinta kasih tak bersyarat. Dialog itu bagaikan nafas kehidupan.
Udara segar yang kita hirup sebagai anugerah-Nya menghasilkan produk-produk kehidupan yang keluar dalam bentuk puja-puji kepada Tuhan dan sesama. Kita menghirup apapun yang disingkapkan Tuhan perihal diri-Nya yang kudus dan berdaulat dan kita yang berdosa dan hina-dina melalui Alkitab. Berikutnya kita mengeluarkan apapun yang dihasilkan melalui hidup kita yang dianugerahkan-Nya.
Singkatnya, doa itu bak kata, frasa, kalimat, alinea, bab berkait dengan konteksnya. Sebuah alat komunikasi yang diberikan Tuhan kepada manusia ciptaan-Nya, umat-Nya yang telah dipilih, dipanggil, dibenarkan dan kelak dimuliakan-Nya.
Matius mencatat perihal substansi doa dalam Doa Bapa Kami yang mengusung kekudusan dan kedaulatan-Nya; agar siapapun tidak menjadi munafik, maka Yesus mengajarkan berdoa tanpa harus diketahui siapapun karena doa itu percakapan yang diarahkan kepada Tuhan Allah yang boleh disapa dengan Bapa Kami. Dia adalah Pribadi yang mahatahu, mahakuasa dan mahahadir dan penuh kasih, kebaikan dan kesetiaan. Pribadi yang mau mendengar keluh kesah kita bahkan menjawab permohonan kita oleh karena Kristus Yesus – Putera-Nya – menjadikan kita yang beriman menjadi anak-anak Allah. Dan dalam status dan kapasitas sebagai anak-anak Allah untuk sebuah peran, Yesus mengajarkan berdoa seperti dalam Matius 6:9-13.
Perihal Pengabulan Doa yang ingin kita bahas dalam Matius 7:7-11 dipisahkan oleh penulis Injil Matius, sementara dalam Lukas dua bacaan ini disatukan. Kunci mengapa doa yang kita naikan dikabulkan, dijabarkan oleh Lukas dengan gamblang dalam Lukas 11:8. Jika mereka yang jahat saja dapat memberi yang baik, apalagi Bapa di Sorga yang begitu mengasihi anak-anak-Nya seperti tercantum dalam Berita Anugerah pagi ini di Yohanes 3:16. Itu sebabnya mengapa kita diperintahkan untuk berdoa tidak jemu-jemu, Lukas 18:1. Bahkan doa seharusnya menjadi gaya hidup umat tebusan-Nya, 1 Tesalonika 5:16-18.
Kita dapat bersukacita dan bersyukur karena doa menjadi jembatannya kata Paulus kepada jemaat yang begitu missioner dan penuh belarasa di Makedonia yang saat itu sedang kesusahan karena orang-orang yang dikasihi sebagai pengikut Kristus harus mendahului mereka. Dalam konteks demikian kita dapat memahami apa artinya meminta agar diberikan dan mencari agar didapat, dan mengetok agar pintu menuju ruang persekutuan indah dan mulia dalam kekekalan dibukakan. Kita perlu memahami sebagai sahabat Kristus bahwa: Pertama, apa yang kita minta itu berkait dengan tubuh yang telah ditebus-Nya. Gambaran roti dan ikan sebagai ganti batu dan ular mengingatkan kita tentang mujizat Yesus yang memberi makan 5000 orang dan masih ada jatah 12 keranjang. Doa terkabul tidak selalu dalam bentuk materi seperti yang kita harapkan, tetapi sesuai dengan janji dalam firman-Nya. Tubuh yang kenyang dan sehat untuk memuliakan Tuhan. Itu sebab mintalah!
Kedua, kebanyakan orang mencari materi untuk kebanggaan dan diterima. Mereka bersusah payah untuk itu, padahal dalam Amsal 22:1 jelas bahwa nama baik dan dicintai sesama lebih dari pada kekayaan besar dan emas-perak. Bukankah kematian & kebangkitan Kristus telah memulihkan status dan peran kita sebagai gereja-Nya untuk menjadi garam dan terang Kristus di dunia? Carilah pengampunan yang daripada-Nya!
Ketiga, tidak sedikit komunitas murid Kristus menyiapkan banyak hal untuk memiliki dan dapat menikmati sabat dengan caranya [tidak sedikit juga memaksa Tuhan untuk segala hasrat] padahal Tuhan memerintahkan hanya dengan mengetok pintu rahmat-Nya, kita yang memercayai Tuhan beroleh persekutuan yang indah dan mulia itu sampai kekal. Itu sebab, ketoklah: Sebuah langkah iman untuk pemulihan!
Apa yang terkabul dalam isi doa tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Namun Tuhan memberikan yang terbaik untuk kehidupan baru kita yang telah dilahir-barukan-Nya oleh Roh Kudus. Roh yang memimpin kepada seluruh kebenaran melalui firman kebenaran yang tertulis dalam Alkitab dan yang telah menjadi daging dalam Yesus Kristus yang melalui Dia kita boleh berjumpa dengan Bapa di Sorga. Inilah janji Yesus kepada para murid-Nya jelang kematian-Nya. Kiranya berdoa menjadi gaya hidup kita selaku umat-Nya!
=SS